PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL CARA III
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perhitungan Pendapatan Nasional
Pendapatan Nasional adalah nilai dari semua tuntutan yang diakibatkan oleh produksi output tersebut. Perhitungan pendapatan dan produk nasional akan memberikan gambaran kepada kita tentang perkiraan GNP secara teratur yang merupakan ukuran dasar dari penampilan ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa.
Perhitungan pendapan nasional merupakan ukuran makro utama tentang kondisi suatu negara. Pada umumnya perbandinngan kondisi antar negara dapat dilihat dari pendapatan nasionalnya, dan bahkan menentukan apakah suatu negara berada pada kelompok negara-negara maju atau negara-negara sedang berkembang.
Analisis pendapatan nasional membutuhkan data dan angka-angka statistik dari berbagai aspek dan komponen dalam perekonomian negara. Angka-angka ini menjadi bahan yang sangat penting dalam analisis tersebut, sehingga penyusunannya mengikuti metode dan sistematika tertentu. Pengumpulan dan penyusunan angka-angka statistik yang berkaitan dengan keseluruhan kegiatan ekonomi dalam suatu negara, biasanya dilakukan oleh pemerintah atau kerjasama pemerintah dengan pihak lain seperti Perguruan Tinggi, Konsultan, dan lain-lain.
2.2 Perhitungan Pendapatan Nasional Cara III: Cara pendapatan
Apabila faktor-faktor produksi digunakan untuk mewujudkan barang dan jasa akan diperoleh berbagai jenis pendapatan yaitu tanah dan harta tetap lainnya memperoleh sewa, tenaga kerja memperoleh gaji dan upah, modal memperoleh bunga dan keahlian keusahawan memperoleh keuntungan. Dengan menjumlahkan pendapatan-pendapatan tersebut akan diperoleh suatu nilai pendapatan nasional lain, yang berbeda dengan yang diperoleh dalam perhitungan pendapatan nasional dengan kedua cara lainnya.
2.2.1 Penggolongan Pendapatan Faktor Produksi
Dalam perhitungan pendapatan nasional yang sebenarnya, penggolongan pendapatan faktor-faktor produksi tidak selalu mengikuti penggolongan pendapatan faktor-faktor produksi yang dinyatakan di atas. Dengan perkataan lain, pendapatan nasional tidak ditentukan dengan menghitung dan menjumlahkan seluruh gaji dan upah, sewa, bunga, dan keuntungan yang diterima oleh seluruh faktor-faktor produksi dalam suatu tahun tertentu. Sebabnya adalah karena dalam perekonomian terdapat banyak kegiatan dimana pendapatannya merupakan gabuungan dari gaji atau upah, sewa, bunga, dan keuntungan.
Contoh dari bentuk pendapatan yang demikian adalah pendapatan yang diperoleh perusahaan-perusahaan perseorangan. Untuk suatu perusahaan perseorangan (misalnya restoran yang dikelola anggota keluarga), yang dimaksudkan “keuntungan usahanya” adalah gabungan dari gaji, upah, bunga, sewa, dan keuntungan sebesarnya dari usaha yang dilakukan oleh keluarga tersebut. Oleh karenanya, perhitungan pendapatan nasional dengan cara pendapatan pada umumnya menggolongkan pendapatan yang diterima faktor-faktor produksi secara berikut:
1. Pendapatan para pekerja, yaitu gaji dan upah.
2. Pendapatan dari usaha perseorangan (perusahaan perseorangan).
3. Pendapatan dari sewa.
4. Bunga neto—yaitu seluruh nilai pembayaran bunga yang dilakukan dikurangi bunga ke atas pinjaman konsumsi dan bunga ke atas pinjaman pemerintah.
5. Keuntungan perusahaan.
Yang dinyatakan dalam (2) mencerminkan jumlah gaji dan upah, bunga, sewa, dan keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan yang dijalankan oeh pemiliknya sendiri dan keluarganya.
2.2.2 Contoh Perhitungan
Sampai sekarang Indonesia belum menggunakan cara ini untuk menghitung pendapatan nasionalnya. Salah satu negara yang menggunakan cara penggolongan data pendapatan nasional seperti cara yang dijelaskan di atas adalah Amerika Serikat. Penddapatan nasional dari negara itu pada tahun 1997 ditunjukkan dalam tabel berikut.
Jenis Kegiatan Nilai
(milyar) Persentasi
1. Ganjaran untuk pekerja 4.703 70,7
2. Pendapatan usaha perseorangan 545 8,2
3. Pendapatan dari sewa 148 2,2
4. Keuntungan perusahaan perseroan 804 12,1
5. Bunga bersih neto 450 6,8
Pendapatan Nasional 6.650 100
Data yang diberikan menunjukkan bahwa pendapatan nasional Amerika Serikat pada tahun tersebut adalah US$ 6.650 milyar. Nilai ini adalah lebih rendah dari Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat pada tahun yang sama, yaitu sebesar US$ 8.084 milyar. Hal tersebut disebabkan karena depresiasi, pajak tidak langsung, dan pendapatan neto faktor dari luar tidak termasuk lagi dalam nilai tersebut.
Komponen yang terutama dari pendapatan nasional adalah “ganjaran untuk pekerja”, yaitu upah, gaji, bonus, dan pendapatan pekerja yang lain yang nilainya adalah sebanyak US$ 4.703 milyar dan hampir meliputi 71% dalam pendapatan nasional. Keuntungan perusahaan perseroan hanya meliputi bagian yang terkecil saja dari pendapatan nasional nilainya berjumlah US$ 804 milyar dan meliputi 12,1% dari pendapatan nasional. Bunga neto berjumlah US$ 450 milyar dan meliputi 6,8% dari pendapatan nasional.
Dalam perhitungan pendapatan nasional, salah satu istilah yang perlu diterangkan secara lebih mendalam adalah bunga neto. Bunga neto adalah jumlah bunga yang dibayar dalam perekonomian dalam suatu tahun tertentu dikurangi dengan: (i) bunga ke atas pinjaman pemerintah, dan (ii) bunga ke atas pinjaman konsumen. Kedua jenis bunga tersebut adalah bunga ke atas pinjaman yang digunakan bukan untuk membiayai kegiatan yang produktif, dan oleh sebab itu tidak termasuk dalam pendapatan nasional (yang meliputi pendapatan faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menhasilkan barang dan jasa dalam perekonomian). Meminjam uang untuk membeli mobil misalnya adalah pinjaman yang bukan membiayai kegiatan produktif. Begitu juga halnya dengan pinjaman pemerintah. Kerap kali ia digunakan bukan untuk membiayai kegiatan yang tidak produktif; misalnya apabila pinjaman itu digunakan untuk memberi subsidi dan membayar pensiun pegawai.
2.2.3 Hubungan Di antara GNP dan NI
Dalam perhitungan cara pengeluaran nilai pendapata nasional yang diperoleh adalah Produk Nasional Bruto ( PDB ) atau GNP, sedangkan perhitungan cara pendapatan menghasilkan Pendapatan Nasional ( National Income ) atau NI. Bagaimanakah perkaitan di antara kedua konsep tersebut?
Jenis Pendapatan Nilai ( US$ milyar )
Produk Nasional Bruto
Kurang: Depresiasi
Produk Nasional Neto
Kurang: Pajak tak langsung setelah dikurangi subsid 8.063
868
7.195
545
Pendapatan Nasional 6.650
Data dalam tabel di atas menunjukkan cara Pendapatan Nasional dari nilai Produk Nasional Bruto. Untuk memperoleh nilai Produk Nasional Neto, Produk Nasional Brut harus dikurangi oleh depresiasi. Pada tahun 1997 nilai Produk Nasional Bruto Amerika Serikat adalah 8.063 milyar dolar US. Nilai depresiasi adalah US$ 868 milyar dan ini meliputi hampir 11 persen dari Produk Nasional Bruto. Dengan demikian Produk Nasional Neto bernilai US$ 7.195 milyar. Untuk memperoleh Pendapatan Nasional pajak tak langsung harus dikurangkan dari Produk Nasional Neto, sedangkan subsidi ditambahkan. Perhitungan dalam tabel di atas menunjukkan Pendapatan Nasional US$ 6.650 milyar dan nilai ini adalah sama dengan yang dihitung dalam sebelumnya.
2.3 Perhitungan Pendapatan Pribadi dan Pendapatan Disposebel
Di dalam perhitungan pendapatan nasional Amerika Serikat dan negara-negara industri lainnya dapat dua jenis istilah lain yang selalu ditentukan nilainya dan yang rasanya adalah penting untuk diketahui dan diterangkan. Kedua istilah itu tidak terdapat di dalam sistem perhitungan pendapatan nasional di Indonesia. Istilah-istilah yang dimaksud adalah Pendapatan Pribadi dan Pendapatan Disposebel.
2.3.1 Pendapatan Pribadi
Pendapatan pribadi dapat diartikan sebagi semua jenis pendapatan termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan sesuatu kegiatan apapun, yang diterima oleh penduduk suatu negara. Dari arti istilah pendapatan pribadi ini dapatlah disimpulkan bahwa dalam pendapatan pribadi telah termasuk juga pembayaran pindahan. Pembayaran tersebut merupakan pemberian-pemberian yang dilakukan oleh pemerintah kepada berbagai golongan masyarakat dimana para penerimanya tidak perlu memberikan suatu balas jasa atau usaha apapun sebagai imbalannya.
2.3.2 Jenis-Jenis Pembayaran Pindahan
Pengeluaran pemerintah yang dapat digolongkan sebagai pembayaran pindahan antara lain adalah bantuan-bantuan yang diberikan kepada para penganggur, uang pensiun yang dibayarkan kepada pegawai pemerintah yang tidak bekerja lagi, bantuan-bantuan kepada orang cacat, bantuan kepada veterat dan berbagai beasiswa yang diberikan pemerintah. Penerima-penerima berbagai jenis pendapatan ini tidak perlu melakukan sesuatu pekerjaan apapun untuk memperoleh bantuan-bantuan tersebut. Dengan demikian pembayaran itu bukanlah pendapatan yang tercipta sebagai akibat dari penggunaaan sesuatu jenis faktor produksi dalam kegiatan produksi.
Di dalam perhitungan pendapatan nasional terdapat pula satu bentuk lain dari pembayaran pindahan, dan ia lebih lazim di sebut dengan istilah: subsidi atau bantuan, yaitu bantuan pemerintah kepada perusahaan-perusahaan yang penting artinga dalam perekonomian, dan bantuan kepada para petani. Di banyak negara maju para petani dibantu oleh pemerintah dengan cara memberikan pembayaran tambahan kepada mereka apabila harga penjualan produksi mereka di pasar sangat rendah. Subsidi atau bantuan seperti ini tidak tergolong sebagai pembayaran pindahan karena penerima subsidi telah melakukan kegiatan yang produktif dan faktor inilah yang menyebabkan mereka memperoleh bantuan-bantuan pemerintah yang diberikan kepada mereka.
Oleh sebab itu, berbeda dengan pembayaran pindahan yang disebut terdahulu, subsidi seperti yang diberikan kepada para petani tersebut termasuk dalam Pendapatan Nasional. Subsidi yang diterima oleh perusahaan-perusahaan dan para petani dari pemerintah termasuk dalam pendapatan nasional yang dihitung menurut harga faktor. Apabilla sesuatu perusahaan menerima subsidi dari pemerintah maka subsidi ini pada akhirnya akan diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan oleh perusahaan itu. Dengan demikian pada akhirnya subsidi tersebut akan merupakan pendapatan kepada faktor-faktor produksi, maka ia harus merupakan bagian dari Pendapatan Nasional. Ini berarti subsidi bukan saja termasuk dalam pendapatan pribadi tetapi juga termasuk dalam Pendapatan Nasional.
2.3.3 Bunga Pinjaman Konsumen dan Pemerintah
Pendapatan masyarakat lain yang tidak tergolong kepada Pendapatan Nasional tetapi termasuk di dalam pendapatan pribadi adalah pendapatanyang berupa bunga ke atas utang negara dan bunga ke atas pinjaman untuk konsumsi. Sebab-sebabnya kedua jenis bunga tersebut tidak termasuk sebagai Pendapatan Nasional telah diterangkan dalam bagian yang lalu. Karena pendapatan pribadi meliputi semua pendapatan masyarakat, tanpa menghiraukan apakah pendapatan ini diperoleh dari menyediakan faktor-faktor produksi atau tidak, maka wajiblah kedua jenis bunga di atas dimasukkan ke dalam pendapatan pribadi.
2.3.4 Yang Tidak Termasuk dalam Pendapatan Pribadi
Uraian yang baru dilakukan menerangkan tentang jenis pendapatan yang tidak termasuk dalam Pendapatan Nasional tetapi merupakan bagian dari pendapatan pribadi. Sekarang baiklah dilihat pendapatan yang tergolong dalam Pendapatan Nasional tetapi tidak termasuk sebagai pendapatan pribadi. Pendapatan yang dimaksudkan adalah:
Keuntungan perusahaan yang tidak dibagikan.
Pajak yang dikenakan pemerintah ke atas keuntungan perusahaan.
Kontribusi yang dilakukan oleh perusahaan dan para pekerja kepada Dana pensiun.
2.3.5 Hubungan antara Pendapatan Nasional dan Pendapatan Pribadi
Dari uraian mengenai hal-hal yang membedakan Pendapatan Nasional dan pendapatan pribadi dapatlah diringkaskan sifat hubungan di antara kedua konsep tersebut. Hubungan tersebut adalah seperti yang diringkaskan di bawah ini:
PENDAPATAN NASIONAL
Dikurangi:
Keuntungan perusahaan tak dibagi.
Pajak keuntungan perusahaan.
Kontribusi kepada dana pensiun (kalau ada).
Ditambah:
Pembayaran pindahan.
Bunga pinjama konsumen.
Bunga pinjaman pemerintah.
= PENDAPATAN PRIBADI
2.3.6 Pendapatan Disposebel
Apabila pendapatan pribadi dikurangi oleh pajak yang harus dibayar oelh para penerima pendapatan, nilai yang tersisa dinamakan pendapatan disposebel. Dengan demikian pada hakikatnya pendapan disposebel adalah pendapatan yang dapat digunakan oleh para penerimanya, yaitu semua rumah tangga yang ada dalam perekonomian, untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa yang mereka ingini. Tetapi biasanya tidak semua pendapatandisposebel itu digunakan untuk tujuan konsumsi, sebagian darinya ditabung dan sebagian lainnya digunakan untuk membayar bunga untuk pinjaman yang digunakan untuk membeli barang-barang secara mencicil. Seperti telah diterangkan sebelum ini, pembayaran bunga oleh konsumen ke atas pinjaman untuk membeli barang-barang secara mencicil tidak termasuk ke dalam Pendapatan Nasional karena pinjaman yang dilakukan oleh konsumen itu bukanlah digunakan untuk menciptakan pendapatan nasional. Untuk memudahkan mengingat hubungan diantara (i) pendapatan disposebel (Yd) dan pendapatan pribadi (Yp), dan (ii) pendapatan disposebel (Yd) dengan konsumsi dan tabungan, di bawah ini dinyatakan formula (rumus) dari hubungan tersebut:
i. Yd = YP – T
ii. Yd = C + S
2.4 Pendapatan Nasional dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
Salah satu kegunaan penting dari data pendapatan nasional adalah untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai sesuatu negara dari tahun ke tahun. Dengan mengamati tingkat pertumbuhan yang tercapai dari tahun ke tahun dapatlah dinilai prestasi dan kesuksesan negara tersebut dalam mengendalikan kegiatan ekonominya dalam jangka pendek dan usaha mengembangkan perekonomiannya dalam jangka panjang. Perbandingan juga dapat dilakukan di antara tingkat kesuksesan negara itu dalam mengendalikan dan membangun perekonomiannya kalau dibandingkan dengan yang dicapai negara-negara lain.
2.4.1 Cara Menghitung Tingkat Pertumbuhan
Tingkat pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh pertambahan yang sebenarnya barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan sesuatu perekonomian. Dengan demikian untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara perlulah dihitung pendapatan nasional riil, yaitu Produk Nasional Bruto riil atau Produk Domestik Bruto riil. Dalam perhitungan pendapatan nasional di beberapa negara telah dilakukan perhitungan pendapatan nasional dan komponen-komponen menurut harga tetap, yaitu pada harga-harga barang yang berlaku di tahun dasar yang dipilih.
Formula Perhitungan
Perhitungan pendapatan nasional secara ini memungkinkan tingkat pertumbuhan ekonomi secara langsung dihitung dari data pendapatan nasional riil yang tersedia. Formula yang akan digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi ialah:
g = (〖PN-riil〗_1- 〖PN-riil〗_0)/〖PN-riil〗_0 x 100
di mana g adalah tingkat pertumbuhan ekonomi dan dinyatakan dalam persen. PN-riil1 adalah pendapatan nasional untuk tahun di mana tingkat pertumbuhan ekonominya dihitung dan PN-riil0 adalah pendapatan nasional pada tahun sebelumnya.
Dalam keadaan di mana sesuatu negara tidak melakukan perhitungan pendapatan nasional menurut harga tetap, untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi perhitungan harus dilakukan secara dua tahap: (i) menghitung pendapatan nasional riil dengan mendeflasikan pendapatan nasional pada harga masa ini, dan (ii) menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi. Menghitung pendapatan nasional riil dengan mendeflasikan pendapatan nasional pada harga masa ini dilakukan dengan menggunakan formula berikut:
PNriiln = 100/HI_n x PN masa ini
Di mana PNrilln adalah pendapatan nasional riil tahun n, HIn adalah indeks harga atau pendeflasi pendapatan nasional (GNP deflator) pada tahun n, dan PN masa ini adalah pendapatan nasional pada harga masa ini, yaitu pada tahun.
Apabila dengan menggunakan cara perhitungan di atas telah didapat data pendapatan nasional riil untuk berbagai tahun, tingkat pertumbuhan ekonomi telah dapat dihitung, yaitu dengan menggunakan persamaan perhitungan tingkat pertumbuhan ekonomi (g) yang diterangkan sebelum ini.
Contoh Perhitungan:
Berdasarkan kepada formula yang diterangkan di atas ditunjukkan dua contoh hipotesis mengenai cara perhitungan tingkat pertumbuhan ekonomi. Dalam contoh yang pertama dimisalkan kita dapat memperoleh data Produksi Domestik Bruto riil dari tahun ke tahun. Misalkan kita mendapat data berikut: Pada tahun 2001 pendapatan nasional riil adalah Rp. 120,2 triliun sedangkan pada tahun 2002 nilainya telah meningkat kepada Rp. 128,8 triliun. Dengan demikian tingkat pertumbuhan yang dicapai negara itu adalah:
G2002 = (128,8 - 120,2)/120,2 x 100=7,0 persen
Dalam contoh yang kedua kita akan menggunakan pemisahan berikut. Pada tahun 2001 Produk Domestik Bruto menurut harga yang berlaku bernilai Rp. 198,5 triliun dan pada tahun 2002 nilainya telah menjadi Rp. 225,7 triliun. Indeks harga tahun 2001 adalah 152 dan dalam tahun 2002 indeks harganya adalah 160. Dengan data seperti ini terlebih dahulu harus dihitung pendapatan nasional riil 2002, yaitu:
PN-riil2002 = 152/160 x Rp. 225,7 triliun = Rp. 214,4 triliun
Nilai Rp. 214,4 triliun tersebut adalah nilai Produk Domestik Bruto pada tahun 2002 yang dihitung berdasarkan harga-harga yang berlaku pada tahun 2001. Dengan demikian sekarang kita telah dapat menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2002, yaitu:
Tingkat pertumbuhan ekonomi = (214,4 - 198,5)/100 = 8,0 persen
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Data mengenai tingkat pertumbuhan ekonomi yang dihitung dapat digunakan untuk memperbandingkan (i) tingkat pertumbuhan yang dicapai suatu negara dalam suatu periode tertentu, dan (ii) tingkat pertumbuhan ekonomi ang dicapai berbagai negara. Dalam tabel 2.7 ditunjkukkan tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia di antara tahun 1986-2003. Data tersebut menunjukkan gambaran yang berikut:
Dalam periode 1986-1996 perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan yang relatif pesat. Hanya pada tahun 1987 tingkat pertumbuhannya dibawah 5 persen. Secara kasar dapat dibuat kesimpulan berikut: dalam periode 1986-1996 secara rata-rata pertumbuhan ekonomi mencapai hampir 7 persen.
Krisis moneter yang mulai berlaku pada tahun 1977 ternyata menimbulkan efek buruk ke atas pertumbuhan perekonomian Indonesia. Pada tahun 1977 tingkat pertumbuhan berada di bawah 5 persen, dan pada tahun berikutnya perekonomian mengalami kemunduran yang sangat tajam yaitu output negara merosot sebesar 13,1 persen pada tahun 1998 dan dalam tahun 1999 tingkat pertumbuhan hanya mencapai 0,9 persen. Diantara tahun 2000 hingga 2003 pertumbuhan rata-rata mencapai kurang lebih 4 persen.
Tabel 2.1
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 1986-2003
Tahun % Tahun %
1986 5,9 1995 6,8
1987 4,9 1996 5,8
1988 6,9 1997 4,7
1989 7,5 1998 -13,1
1990 7,0 1999 0,9
1991 7,0 2000 4,9
1992 6,2 2001 3,4
1993 5,8 2002 3,6
1994 7,2 2003 4,1
Adakah pertumbuhan ekonomi yang dicapai Indonersia “cepat” atau “lambat”? Penilaian mengenai cepat atau lambatnya pertumbuhan ekonomi sesuatu negara haruslah dibandingkan dengan (i) pertumbuhan di masa lalu, dan (ii) pertumbuhan yang dicapai negara-negara lain. Dibandingkan dengan masa lalu, data dalam tabel 2.6 menunjukkan bahawa pertumbuhan ekonomi yang dicapai dalam tahun 1989 dan 1996 adalah lebih baik dari tahun 1986 hingga 1988. Tetapi, semenjak tahun 1997 pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat lambat. Dibandingkan dengan negara lain, kesimpulan yang dapat dibuat adalah|: (i) dalam periode 1988 sampai 1996 yang dicapai Indonesia adalah lebih cepat dari negara-negara lain, (ii) semenjak tahun 1997 tingkatnya tak banyak berbeda dengan banyak negara berkembang.
2.5 Masalah Perhitungan dan Kegunaan Data Pendapatan Nasional
Uraian di atas telah memberikan penerangan mengenai cara-cara yang digunakan untuk (a) menghitung pendapatan modal, (b) menentukan struktur perbelanjaan ke atas pendapatan nasional, (c) menentukan struktur sektor produksi dalam negara, (d) membandingkan pendapatan nasional dari satu masa ke masa lainnya dan, (e) menentukan pendapatan perkapita dan perubahannya titik sebagai penutup kepada uraian mengenai perhitungan pendapatan nasional perlu pula lah diperhatikan dua hal berikut: (i) masalah masalah utama yang dihadapi dalam perhitungannya. (ii) berbagai kegunaan data pendapatan nasional yang dihitung.
2.5.1 Masalah-masalah penghitungan
Menghitung pendapatan nasional suatu negara bukanlah mudah. Beberapa masalah perlulah diatasi untuk memastikan penghitungan pendapatan nasional yang cermat dan teliti. Di bawah ini diterangkan beberapa masalah penting di dalam penghitungan tersebut.
2.5.2 Masalah mengumpulkan data dan informasi
Tidak semua kegiatan ekonomi di dalam suatu negara ditetapkan dengan baik. Dan apabila dicatatkan, tidaklah selalu informasi tersebut diperoleh dengan mudah. Di banyak kegiatan ekonomi ukuran perusahaan adalah kecil dan dalam suatu negara terdapat banyak sekali perusahaan dalam satu industri yang sama. Dalam keadaan seperti itu tidaklah mudah mengetahui nilai produksi yang diwujudkan oleh berbagai perusahaan dan industri. Pada umumnya nilai produksi yang diperoleh hanyalah merupakan taksiran yang dibuat oleh Badan Pusat Statistik dan bukan yang diberikan oleh setiap perusahaan dalam negara.
2.5.3 Memilih kegiatan yang nilai produksinya dihitung
Dalam prinsip penghitungan pendapatan nasional, yang dihitung dalam pendapatan nasional adalah nilai barang-barang yang dihasilkan oleh kegiatan kegiatan yang produktif dan barang-barang tersebut adalah diproduksikan untuk keperluan pasar (dijual). Dengan demikian memasak di rumah, mencuci mobil sendiri, membuat baju sendiri, dan memelihara ayam di rumah tidak akan dihitung dalam pendapatan nasional oleh karena walaupun mereka diwujudkan oleh kegiatan yang produktif tetapi tidak dipasarkan. Sebaliknya ada pula hasil kegiatan produktif dan dipasarkan tetapi tidak dihitung dalam pendapatan nasional, seperti menanam ganja dan kegiatan pasar gelap ini disebabkan kegiatan tersebut adalah salah menurut hukum negara. Pada umumnya yang dihitung dalam pendapatan nasional adalah: nilai produksi dari kegiatan ekonomi yang produktif dan hasilnya dipasarkan. Tetapi disamping prinsip ini dibuat pula beberapa pengecualian yang berikut:
Hasil pertanian petani ini tradisional. Di sebagian kegiatan pertanian hasil yang diproduksi kan tidak dijual ke pasar tetapi digunakan sendiri. Sebagai contoh, petani-petani tradisional biasanya tidak menjual semua hasil padi atau bahan makanan lainnya. mereka memproduksikan hasil hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia produksi seperti itu nilainya ditaksir dan dihitung ke dalam pendapatan nasional.
Kegiatan menyalahi hukum. Kegiatan menyalahi hukum seperti menanam dan mengedarkan ganja, kegiatan yang berkaitan dengan pelacuran dan Judi dan Perdagangan pasar gelap adalah kegiatan yang produktif. Oleh karena kegiatan tersebut adalah salah menurut undang-undang negara, nilai produksinya tidak dihitung dalam pendapatan nasional.
Kegiatan di sekitar rumah. Dalam kehidupan di rumah terdapat banyak kegiatan yang produktif seperti memasak, membersihkan rumah, atau kebun, mencuci mobil, dan menjahit pakaian. Nilai kegiatan seperti itu apabila dilakukan oleh anggota keluarga tersebut tidak dihitung dalam pendapatan nasional. Tetapi apabila ia dilakukan oleh pembantu rumah tangga dan dibayar, ia dihitung dalam pendapatan nasional.
Ganjaran yang bukan berupa uang. Sebagian perusahaan, di samping memberi gaji, memberi pula fasilitas lain seperti perumahan dan kendaraan. Fasilitas ini termasuk sebagai “gaji” pekerja dan dihitung dalam pendapatan nasional.
2.5.4 Masalah Perhitungan Dua Kali
Dalam praktik adakalanya timbul kesulitan dalam menentukan apakah sesuatu barang itu barang jadi atau barang setengah jadi. Kerumitan ini menyebabkan masalah perhitungan dua kali mungkin wujud. Kelapa sawit dan karet adalah dipandang sebagai barang jadi apabila di ekspor dan barang setengah jadi apabila diproses di dalam negeri. Maka apabila nilai produksi kelapa sawit dan karet dihitung dan sesudah itu dihitung pula nilai minyak masak (yang dibuat dari kelapa sawit) dan nilai sepatu dan barang-barang dari karet yang lain, perhitungan dua kali telah berlaku. Satu contoh lain: apabila tepung dan gula dibeli ibu rumah tangga, maka kedua dua, barang itu adalah barang jadi akan tetapi apabila tepung dan gula dibeli pembuat-pembuat roti dan restoran-restoran maka mereka adalah barang setengah jadi. Dengan demikian apabila nilai produksi Pung dan gula ditambahkan kepada nilai produksi roti dan kue maka akan berlaku perhitungan dua kali.
2.5.5 Menentukan Harga Barang-Barang
Masalah ini merupakan satu hal yang rumit. Pada suatu masa tertentu harga adalah berbeda di antara satu kawasan dengan kawasan yang lain, dan berbeda pula di pasaraya dan di pasar malam. Di samping itu dalam jangka masa satu tahun harga barang dapat berubah. Karet dan kelapa sawit, misalnya harga berubah setiap hari. Keadaan-keadaan seperti ini menimbulkan kesulitan dalam menentukan harga yang akan dipilih dalam menghitung sumbangan sesuatu kegiatan kepada pendapatan nasional. Sebagai contoh, walaupun dengan mudah dapat dihitung jumlah produksi karet dan kelapa sawit tetapi adalah sukar untuk menentukan nilai produksi karet dan kelapa sawit dalam pendapatan nasional oleh karena harga barang-barang itu berubah setiap hari.
2.5.6 Investasi Bruto Dan Investasi Neto
Perbedaan antara investasi neto dan investasi bruto adalah depresiasi. Dengan perkataan lain, untuk menghitung investasi neto, yang perlu dilakukan adalah mengurangi depresiasi dari investasi bruto. Dalam suatu perusahaan tidak susah untuk menentukan nilai depresiasi, karena perusahaan sudah mempunyai dasar tertentu mengenai hal itu, dan juga catatan keuangan perusahaan adalah lengkap. Hal ini sangat berbeda dengan keadaan di suatu negara. Untuk menaksir besarnya depresiasi dalam suatu negara adalah sukar oleh karena (i) tiada catatan yang lengkap mengenai depresiasi di berbagai kegiatan ekonomi, dan (ii) depresiasi menurut konsep perusahaan adalah berbeda dengan menurut pandangan negara. Sebagai contoh, dari segi negara kemajuan teknologi menyebabkan mesin dalam suatu industri perlu didepresiasikan, tetapi dari segi perusahaan depresiasi itu belum diperlukan oleh karena barang produksi dari mesin lama masih dapat dijual dengan menguntungkan.
2.5.7 Masalah Kenaikan Harga Dan Perubahan Kualitas Barang
Data pendapatan nasional bukan saja digunakan untuk melihat nilai produksi dalam satu tahun tertentu tetapi juga perubahannya dari tahun ke tahun. Untuk tujuan ini seperti telah diterangkan, perlulah dihitung pendapatan nasional riil dengan bantuan indeks harga. Indeks harga memberikan gambaran mengenai tingkat perubahan harga umum dari tahun ke tahun. Terdapat beberapa masalah dalam menghitung indeks harga, seperti misalnya memilih barang yang akan digunakan untuk mewujudkan indeks harga, masalah menentukan weightage dan sebagainya. Masalah-masalah itu mungkin menyebabkan indeks harga tidak dihitung dengan tepat. Selanjutnya Hal ini menyebabkan perubahan-perubahan dalam pendapatan nasional yang dihitung dengan bantuan indeks harga tidak secara tepat menggambarkan perubahan jumlah produksi negara yang sebenarnya dicapai.
Seterusnya dari waktu ke waktu produsen-produsen akan menggunakan teknologi yang lebih baik dan ini akan menambah mutu barang yang diproduksikan. Kenaikan harga ke atas barang-barang seperti itu meliputi pula kenaikan “nilai” dari barang yang diproduksikan. Dengan demikian penghitungan produksi negara pada harga tetap dari masa ke masa mengabaikan kenaikan kualitas barang-barang yang diproduksikan.
2.6 Kegunaan Data Pendapatan Nasional
Data pendapatan nasional memberikan informasi yang berguna mengenai berbagai aspek dari kegiatan ekonomi. Data pendapatan nasional pada suatu tahun tertentu memberi gambaran tentang: (i) tingkat kegiatan ekonomi negara yang dicapai dan nilai output yang diproduksi, (ii) komposisi dari perbelanjaan agregat, (iii) sumbangan berbagai sektor dalam mewujudkan pendapatan nasional, dan (iv) taraf kemakmuran yang dicapai.
Seterusnya, membandingkan data pendapatan nasional dari tahun ke tahun akan memberikan gambaran tentang: (i) tingkat pertumbuhan ekonomi, (ii) perubahan struktur ekonomi dan (iii) peningkatan taraf kemakmuran masyarakat. Di samping itu data pendapatan nasional berguna sebagai dasar dalam membuat ramalan dan perencanaan ekonomi di masa depan. Uraian berikut menerangkan dengan lebih mendalam berbagai kegunaan tersebut.
2.6.1 Menilai Prestasi Kegiatan Ekonomi
Pendapatan nasional pada hakikatnya merupakan ukuran dari sejauh mana perusahaan-perusahaan beroperasi dan mengeluarkan barang-barang dan jasa. Semakin tinggi pendapatan nasional, semakin besar jumlah output yang diciptakan dalam sesuatu negara dan semakin tinggi kapasitas barang-barang modal yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan. Kenaikan pendapatan nasional juga berkaitan rapat dengan kenaikan kesempatan kerja.
Apabila negara tersebut membuat ramalan mengenai pendapatan nasional potensialnya, perbedaan di antara PDB-potensial dan PDB-sebenarnya akan memberi gambaran tentang sejauh mana PNB-sebenarnya adalah berbeda dengan PNB-potensialnya—yaitu sejauh mana kegiatan ekonomi yang sebenarnya berbeda dengan potensi yang dapat dicapainya.
Cara lain dalam menggunakan data pendapatan nasional sebagai pengukur prestasi kegiatan ekonomi adalah dengan melihat keadaan pengangguran dalam perekonomian tersebut. Apabila pengangguran masih tinggi tingkatnya, keadaan itu berarti pendapatan nasional yang dicapai adalah masih di bawah potensinya yang maksimum. Keadaan itu berarti kegiatan ekonomi belum mencapai taraf yang menggalakkan.
2.6.2 Menentukan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi yang Dicapai
Dengan membandingkan data pendapatan nasional riil suatu tahun tertentu dengan pendapatan nasional riil pada masa lalu akan dapat ditentukan tingkat pertumbuhan ekonomi. Setiap negara menghendaki pertumbuhan ekonomi yang pesat sehingga kesempatan kerja penuh dapat dicapai secara terus-menerus. Tetapi keadaan ini sukar dicapai. Pertumbuhan ekonomi sudah dapat digolongkan “menggalakkan” apabila tingkat yang dicapai mampu mengurangi tingkat pengangguran. Paling minimum setiap negara harus berusaha agar tingkat pertumbuhan ekonominya melebihi dari tingkat pertambahan penduduk, agar pendapatan per kapita (atau taraf kemakmuran masyarakat) dapat ditingkatkan.
2.6.3 Memberi Informasi Mengenai Struktur Kegiatan Ekonomi
Data pendapatan nasional yang dihitung dengan cara perbelanjaan dapat menunjukkan nilai dan komposisi perbelanjaan agregat. Dengan menggunakan data ini akan diketahui persentasi konsumsi rumah tangga, perbelanjaan pemerintah, investasi, ekspor dan impor. Maka dari data ini dapat diketahui kepentingan relatif dari berbagai jenis perbelanjaan ini kepada pendapatan nasional. Sebagai contoh: dari data pendapatan nasional Indonesia dapat dilihat bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga sangat penting peranannya dalam perbelanjaan agregat Indonesia.
Data pendapatan nasional yang dihitung dengan cara produk neto memberikan gambaran tentang peranan berbagai sektor dalam perekonomian yaitu menunjukkan nilai output yang mereka ciptakan dan presentasi sumbangan berbagai sektor dalam pendapatan nasional.
Apabila data untuk berbagai tahun dibandingkan, dapat pula diperoleh gambaran mengenai pola perubahan kegiatan ekonomi dalam negara tersebut. Dalam perekonomian yang berkembang, peranan sektor industri meningkat manakala peranan sektor pertanian merosot. Data pendapatan nasional yang dihitung menurut cara produk neto dapat memberikan informasi secara angka (kuantitatif) tentang perubahan sebenarnya yang berlaku.
2.6.4 Memberi Gambaran Mengenai Taraf Kemakmuran
Pendapatan per kapita penduduk berbagai negara selalu digunakan sebagai ukuran kasar untuk menentukan tingkat kemakmuran penduduknya. Data itu memberikan gambaran kasar tentang sebanyak mana uang yang tersedia kepada seorang individu untuk dibelanjakan dalam satu tahun. Pada tahun 2000 pendapatan per kapita Malaysia adalah US$ 3,832 dan pendapatan per kapita Singapura adalah US$ 22,9984 , yaitu di Singapura pendapatan per kapitanya adalah 6 kali berlipat ganda dari Malaysia. Keadaan tersebut berarti secara rata-rata penduduk Singapura dapat melakukan perbelanjaan yang jauh lebih banyak dari penduduk Malaysia.
Dalam jangka panjang, apabila data pendapatan per kapita menurut harga tetap dibandingkan, dapat pula diperoleh gambaran tentang peningkatan taraf kemakmuran yang dicapai penduduk suatu negara. Seterusnya data pendapatan per kapita di berbagai negara dalam satu periode tertebtu dapat digunakan untuk membandingkan kesuksesan berbagai negara dalam usaha untuk meningkatkan taraf kemakmuran masyarakatnya.
2.6.5 Data Asas untuk Membuat Ramalan dan Perencanaan
Data pendapatan nasional pada masa ini dan masa lalu dapat memberi informasi penting mengenai ciri-ciri dari kegiatan ekonomi, seperti dapat menunjukkan tingkat pertumbuhan yang dicapai dan sektor-sektor yang mewujudkan pertumbuhan tersebut, perkembangan sektor manufaktur ( industri ) dan sektor ekspor, dan berbagai informasi lain. Data seperti itu dapat digunakan untuk landasan dalam membuat ramalan mengenai keadaaan ekonomi di masa datang. Ramalan tersebut dapat digunakan oleh perusahaan-perusahaan untuk merencanakan kegiatan ekonominya di masa depan. Data tersebut juga berguna kepada pemerintah untuk merumuskan perencanaan ekonomi untuk mewujudkan pembangunan di masa mendatang, seperti meramalkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang akan dicapai, membuat ramalan megenai perkembangan investasi dan ekspor, dan pertambahan kesempatan kerja yang akan berlaku.
BAB III
PEMBAHASAN ARTIKEL
Dalam jurnal yang terlampir tujuan diadakannya penelitian adalah untuk menganalisis perkembangan output GDP sektor pertanian dan kemiskinan serta pengangguran selama periode 1993-2014 dan menganalisis dampat output GDP sektor pertanian tersebut terhadap tingkat kemiskinan dan pengangguran di Indonesia pada periode tersebut.
Objek penelitian di sini adalah pada sektor pertanian, di mana Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam baik sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui seperti hasil tambang minyak dan gas serta barang-barang mineral batubara dan lain-lain. Jika dikaitkan antara pendapatan nasional, maka akan berujung pada tujuannya yaitu pembangunan ekonomi.
Kesimpulan dari jurnal tersebut adalah periode tahun 1993 sampai dengan 2014 data Produk Domestik Bruto ( GDP ) yang berasal dari sektor pertanian terus mengalami fluktuasi kenaikan dan penurunan. Setelah melalui penelitian yang ada hasil regresi pada model pertama menunjukkan bahwa GDP sektor pertanian tidak berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan dan hasil regresi pada model kedua menunjukkan bahwa GDP sektor pertanian tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah pengangguran di Indonesia..
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pendapatan Nasional adalah nilai dari semua tuntutan yang diakibatkan oleh produksi output tersebut. Perhitungan pendapatan dan produk nasional akan memberikan gambaran kepada kita tentang perkiraan GNP secara teratur yang merupakan ukuran dasar dari penampilan ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa.
Pendekatan pendapatan adalah jenis pendekatan pendapatan nasional yang diperoleh dengan cara menjumlahkan pendapatan dari berbagai faktor produksi yang memberikan sumbangan terhadap proses produksi. Metode pendekatan pendapatan merupakan pendapatan nasional hasil dari penjumlahan seluruh penerimaan yang diterima oleh pemilik faktor produksi dalam suatu negara selama satu periode atau satu tahun. Perhitungan pendapatan nasional dengan cara pendapatan pada umumnya menggolongkan pendapatan yang diterima faktor-faktor produksi yaitu: pendapatan para pekerja, pendapatan dari usaha perseorangan, pendapatan dari sewa, bunga neto, keuntungan perusahaan.
4.2 Saran
Dengan penjelasan yang telah penulis jabarkan, semoga bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena meningkatnya pendapatan nasional merupakan suatu prestasi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Rahardja, Prathama. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi & Makroekonomi), edisi ketiga. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Sadono, Sukirno. 2010. Makro Ekonomi: Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Komentar
Posting Komentar